A. Perjuangan
Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Apa yang kalian ketahui tentang
peristiwa pada dua gambar di atas? Coba ceritakan berdasarkan hasil
pengamatanmu. Gambar di atas merupakan beberapa peristiwa yang terjadi saat
awal kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia, perjuangan kemerdekaan belumlah berakhir.
Keinginan bangsa Indonesia untuk membangun sendiri negara yang merdeka dan
berdaulat mendapat tantangan besar dari Pemerintah Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, secara
sepihak Belanda kembali masuk ke Indonesia dengan mengatasnamakan sebagai
penguasa yang sah karena berhasil
mengalahkan Jepang yang sebelumnya mengambil alih kekuasaan Hindia Belanda
(Indonesia) dari Belanda. Menghadapi situasi semacam ini, menggeloralah
semangat revolusi kemerdekaan bangsa Indonesia. Baru beberapa saat Indonesia
merdeka harus kembali berperang melawan Belanda yang ingin merampas kemerdekaan
Indonesia. Perjuangan mempertahankan kemerdekaan tersebut harus melewati
beberapa episode penting yang mengombinasikan antara perang fisik dan perjuangan
secara diplomasi atau perundingan-perundingan dalam kurun waktu antara tahun
1945 sampai 1949.
1. Perjuangan Fisik Mempertahankan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Ancaman terhadap keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia setelah
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah
kedatangan Belanda ke Indonesia. Belanda sebagai salah satu anggota Sekutu yang
memenangkan Perang Dunia II, menyatakan berhak atas Indonesia karena sebelumnya
mereka menjajah Indonesia. Mereka datang dengan membentuk Netherlands-Indies
Civil Administration(NICA) dengan menumpang dalam Allied Forces Netherland East
Indies(AFNEI).
Kedatangan Belanda dengan menumpang
AFNEI mendapat perlawanan bangsa Indonesia. Apalagi setelah secara
terang-terangan Belanda mulai menduduki wilayah Indonesia. Coba cari informasi
mengenai perjuangan rakyat di daerahmu, dalam melawan Belanda pada awal
kemerdekaan, juga perjuangan rakyat di daerah lain di Indonesia. Apakah benar
pernyataan bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda
terjadi di seluruh wilayah Indonesia? Berikut merupakan sebagian perjuangan
melawan Belanda secara fisik untuk mempertahankan kemerdekaan.
a. Insiden Bendera di Surabaya
Pada tanggal 19 September 1945,
di Surabaya terjadi peristiwa “Insiden Surabaya”. Insiden ini bermula dari beberapa
orang Belanda mengibarkan bendera Merah Putih Biru pada tiang di atas Hotel
Yamato, Tunjungan. Tentu saja tindakan ini menimbulkan amarah rakyat, yang
kemudian mereka menyerbu hotel itu dan menurunkan bendera tersebut serta merobek
bagian yang berwarna biru, lalu mengibarkan kembali sebagai bendera Merah
Putih.
b. Pertempuran Lima Hari di
Semarang
Pertempuran terjadi mulai tanggal
15 Oktober 1945 sampai tanggal 20 Oktober 1945. Kurang lebih sebanyak 2.000
pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan para pemuda. Peristiwa ini memakan
banyak korban dari kedua belah pihak. Bermula ketika kurang lebih 400 orang
veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring
Semarang menjadi pabrik senjata, memberontak pada waktu dipindahkan ke Semarang
kemudian menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Dr. Karyadi menjadi
salah satu korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama salah satu rumah
sakit di kota Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati peristiwa tersebut,
pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu Muda.
c. Pertempuran Surabaya tanggal
10 November 1945
Terjadinya pertempuran di Surabaya, diawali oleh kedatangan atau mendaratnya brigade 29 dari divisi India ke-23 di bawah pimpinan Brigadir Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945. Namun, kedatangannya tersebut mengakibatkan terjadinya kerusuhan dengan pemuda karena adanya penyelewengan kepercayaan oleh pihak Sekutu. Pada tanggal 27 Oktober 1945, pemuda Surabaya berhasil memporak-porandakan kekuatan Sekutu. Bahkan, hampir menghancurkannya, kemudian untuk menyelesaikan insiden tersebut diadakan perundingan. Namun, pada saat perundingan, terjadi insiden Jembatan Merah dan Brigadir Mallaby tewas.
Pada tanggal 9 November 1945,
tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya agar para pemilik senjata menyerahkan
senjata kepada Sekutu sampai tanggal 10 November 1945 pukul 06.00. Ultimatum
itu tidak dihiraukan oleh rakyat Surabaya. Akibatnya, pecahlah perang di
Surabaya pada tanggal 10 November 1945, pemuda Surabaya melakukan perlawanan dengan
menyusun organisasi yang teratur di bawah komando Sungkono.
Bung Tomo, melalui siaran radio,
mengobarkan semangat perlawanan Pemuda Surabaya agar pantang menyerah kepada
penjajah, misalnya slogan Revolusi ”merdeka atau mati”. Pertempuran ini
merupakan pertempuran yang paling dahsyat yang menelan korban 15.000 orang.
Peristiwa 10 November ini diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh seluruh bangsa
Indonesia.
d. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali oleh
kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu, menuju
Magelang. Karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan
Belanda secara sepihak, maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda.
Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut,
Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian, Kolonel Sudirman sebagai
Panglima Divisi Banyumas, terjun langsung dalam pertempuran tersebut. Pada
tanggal 15 Desember 1945 tentara Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu
sampai Semarang. Karena jasanya, pada tanggal 18 Desember 1945, Kolonel
Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar TKR dan berpangkat Jendral. Sampai
sekarang, setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai hari Infanteri.
e. Pertempuran Medan Area
Pasukan Sekutu yang diboncengi oleh
serdadu Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigadir Jenderal TED Kelly,
mendarat di Medan pada tanggal 9 Oktober 1945. Pada tanggal 13 Oktober 1945,
terjadi pertempuran pertama antara pemuda dan pasukan Belanda yang merupakan
awal perjuangan bersenjata yang dikenal dengan Medan Area. Bentrokan antara rakyat
dengan serdadu NICA menjalar ke seluruh kota Medan, dan tentara Sekutu
mengeluarkan maklumat melarang rakyat membawa senjata serta semua senjata yang
ada harus diserahkan kepada Sekutu. Pertempuran terus terjadi ke daerah lain di
seluruh Sumatra, seperti di Padang, Bukittinggi, dan Aceh dengan peristiwa
Krueng Panjol Bireuen sejak bulan November 1945.
f. Bandung Lautan Api
Pada tanggal 21 November 1945,
Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama agar kota Bandung bagian utara dikosongkan
oleh pihak Indonesia selambat-lambatnya tanggal 29 November 1945 dengan alasan
untuk menjaga keamanan. Namun, ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pejuang
Republik Indonesia. Oleh karena itu, untuk kedua kalinya pada tanggal 23 Maret
1946, tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum supaya Tentara Republik
Indonesia (TRI) mengosongkan seluruh kota Bandung.
Pemerintah RI di Jakarta
memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi pimpinan TRI di Yogyakarta
menginstruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya, dengan berat hati
TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar dari Bandung pada tanggal 23
Maret 1946, para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan membumihanguskan
Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut, Ismail Marzuki
mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu HalloHallo Bandung.
g. Pertempuran Margarana
Pada tanggal 2-3 Maret 1946,
Belanda mendaratkan pasukannya di Bali. Saat itu, Letnan Kolonel I Gusti Ngurah
Rai sedang mengadakan perjalanan ke Yogyakarta untuk mengadakan konsultasi
dengan Markas Tertinggi TRI
h. Perlawanan terhadap Agresi
Militer Belanda
Belanda selalu berusaha menguasai
Indonesia dengan berbagai cara. Berbagai perundingan yang dilakukan sering kali
dilanggar dengan berbagai alasan. Untuk menguasai seluruh wilayah Indonesia,
Belanda melancarkan agresi militer sebanyak dua kali. Agresi Militer I
dilaksanakan pada tanggal 21 Juli 1947, dengan menguasai daerah-daerah yang
dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatra, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer ini kepada PBB dan
akhirnya atas tekanan resolusi PBB tercapai gencatan senjata.
Agresi kembali dilakukan pada 19
Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota
Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir, dan beberapa
tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini, menyebabkan dibentuknya Pemerintah
Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin
Prawiranegara. Setelah Yogyakarta dikuasai Belanda, perlawanan bangsa Indonesia
dilakukan dengan mengubah strategi dengan cara perang gerilya. Salah satu hasil
perang gerilya adalah Serangan Umum tanggal 1 Maret 1949, yang dipimpin oleh
Jenderal Sudirman. Serangan ini memberi dampak bagi dunia internasional tentang
keberadaan NKRI.
i. Perang Gerilya
Perlawanan bangsa Indonesia juga
menggunakan strategi perang gerilya, yaitu perang dengan berpindah-pindah tempat.
Sewaktu-waktu menyerang berbagai posisi tentara Belanda, baik di jalan maupun
di markasnya. Salah satu perang gerilya, dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Ia
bergerilya dari luar kota Yogyakarta selama delapan bulan ditempuh kurang lebih
1.000 Km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang, Soedirman harus
ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah
berpindah-pindah dari beberapa desa, rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta
pada tanggal 10 Juli 1949.
Kolonel A.H. Nasution, selaku
Panglima Tentara dan Teritorium Jawa, menyusun rencana pertahanan rakyat
Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat Nomor I, salah satu
pokok isinya ialah tugas pasukan-pasukan
0 Comments